Langsung ke konten utama

Terapkan! Quotes Ini akan Menampar dan Membangkitkan Semangat Menulismu



Hallo.. apa kabar teman-teman? Bagaimana semangatnya di dunia literasi?
Mengawali postingan kali ini, akan ditepuk dan ditegur dengan sebuah quotes yang bisa menampar minat dan niat kita di ranah ini.
Literasi akan tetap hidup dengan atau tanpa karya-karya kita.” -Anonim-
Kamu sedang malas menulis ataupun malas memposting, jutaan orang tidak. Mereka justru sibuk melahirkan karya. Kamu sedang malas membaca buku ataupun sekadar berita, jutaan orang tidak. Mereka justru sibuk menambah wawasan dan pengetahuan. Kamu sedang malas belajar menulis ataupun enggan berlatih dalam forum kepenulisan, jutaan orang tidak. Mereka justru sibuk menulis-lalu-revisi disetiap harinya. Demi sebuah persembahan, tulisan yang dibaca orang-orang dan memberi pengaruh besar kepada jutaan lainnya.
Begitulah literasi, ia akan tetap mengalir deras, dengan atau tanpa karya-karya kita. Dengan atau tanpa semangat kita dalam mempersembahkan tulisan.
Horor sekali kan, quotes random diatas? Seolah menampar wajah-wajah yang tidak serius dalam dunia literasi, terutama wajah saya.
Dapat dikatakan bahwa, setahun belakangan ini saya vakum di dunia tulis-menulis. Hampir bisa dibilang bahwa gairah menulis mulai sirna, sense itu perlahan pudar. Yap, meskipun satu-dua event puisi masih tetap diikuti, sebab salah satu tuntutan dompet, kostan, pulsa, dan kawan-kawan kebutuhan lainnya. hehe. Peace ya...
Tahun ini, memaksa diri mengumpulkan kembali potongan-potongan sense yang sempat terserak. Lalu merapikannya menjadi satu kesatuan utuh. Sense yang membawa saya hanyut pada derasnya arus kata dalam setiap bait imaji.
Ternyata tidak mudah mengembalikan moment tersebut. Dahulu itu, sebelum writer’s block bersarang, saya nyaman dan tabah berjam-jam menulis, sesungguhnya asyik dengan permanian diksi. Kini, menulis satu bait atau satu paragraf saja harus melamun satu jam.
Membiasakan diri dalam dunia literasi itu perlu, agar sense menulismu tetap terjaga.
True!
Akhir-akhir ini saya bersikeras memanggil kembali sense itu dengan banyak membaca tulisan-tulisan kesukaan. Mendisiplinkan diri BW alias Blog Walking ke rumah maya teman-teman komunitas menulis. Lalu yang ketiga, dekat-dekat dengan aplikasi menulis. Selain yang telah disebutkan, hal paling penting dari segalanya, harus rela mengurangi jatah bermedsos ria dan jauh-jauh dari ponsel atau gadjet. Beneran!
Sungguh, bermedsos ria adalah salah satu godaan menulis, khususnya bagi saya pribadi. Kalau sudah nyaman membuka satu saja medsos, misal WhatsApp, nanti akan jebol dan merembet ke medsos lain, Facebook, Instagram, dsb. Dan juga harus berlatih jauh-jauh dari ponsel, agar bisa fokus. Data internet untuk sementara waktu dinonaktifkan agar tidak terdengar notifikasi yang menjadi salah satu godaan terkuat era sekarang.
Sudah dulu yaa... selamat melanjutkan sense teman-teman di bidang menulis. Jika kalian sedang mengalami kasus yang sama dengan saya, selamat, kita sedang berjuang melawan diri sendiri, dan bersiap naik level ke tahap berikutnya.

Salam Pena!
Bogor, November 2017
N. A. Fadhli


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Satu Per Tak Hingga dan Perenungannya

Semenjak menjadi siswa, selama belajar di SMA, saya hanya menyimak dan menelan setiap rumus beserta hasilnya. Pentingnya, jika bagian ini-itu hafal, beres sudah. Jarang sekali kepo, apalagi penasaran darimana dan bagaimana mengetahui prosesnya. Salah satu contoh yaitu dalam menghapal definisi sederhana, 1/~ , 1/0, 0/0, dan teman-temannya, plus perenungan memahami mereka. Namun, kali ini mencoba agar sama-sama dibahas 1/~ (satu per tak hingga) yang hasilnya adalah nol. Karena, mungkin banyak yang sudah tahu bahwa 1/0 nilainya bisa menjadi dua jenis, bisa menjadi ‘tak terdefinisi’ atau ‘tak hingga’. Contoh : 1/10 = 0,1 1/1000= 0,001 1/100000 = 0,00001 1/10000000 = 0,0000001 dst. Tapi, 1/~ = 0 Kenapa? Dari contoh sudah didapatkan pola, bahwa jika satu dibagi sepuluh, hasilnya 0,1. Dan, satu dibagi sepuluh juta, hasilnya 0,0000001. Semakin dibagi dengan bilangan besar, hasil semakin mendekati nol. Tak hingga merupakan sesuatu yang tak berbatas. Sehingga, satu d...

Ore Wa Akiramenai = Saya Tidak Akan Menyerah !

Donna ni tsurakutemo, akiramenaide kudasai! Akhirnya pikiran kembali segar, semangat menulis untuk posting di blog timbul lagi(padahal hari ini tidak semangat, tetapi terkena sentil oleh satu-dua kalimat bahasa Jepang). Sebabnya karena iseng-iseng mencari kata motivasi versi bahasa Jepang, justru menemukan pepatah keren, sekaligus pas dengan kondisi dan tontonan saya pekan ini. Yasudah, dijadikan sebagai pembuka tulisan deh. Bagi pecinta anime, pasti beberapa sudah tidak asing dengan istilah tersebut, pepatah yang menjadi jargon bagi mayoritas tokoh utama series anime. Hehe. Donna ni tsurakumeto, akiramenaide kudasai,  yang artinya  “Sesulit apapun, jangan menyerah!” Lalu disambung dengan judul postingan, Ore wa akiramenai , artinya  “Saya tidak akan menyerah!” Pepatah ini mungkin sudah tidak asing dan sangat sering berkeliaran ditelinga kita, apalagi ditelinga saya. Hehe. Sehingga, kesan dan energi kuat yang dibawa pepatah itu hanya angin saja. Cepat na...

Hukum Perputaran Roda dan Tuhan yang Selalu Adil

Seorang anak SMP, beberapa bulan lagi hendak memasuki SMA,   berasal dari keluarga menengah kebawah, mengeluh tentang kondisi dan keadaan keluarganya. Ia mengadu kepada ayahnya yang seorang petani dan bertanya, "Ayah, aku belajar di sekolah, Bu guru bilang bahwa setiap orang punya nasib seperti roda yang berputar." "Iya.. lalu?" Ayahnya menanggapi dan memancing kelanjutan kisah sang anak. "Ada saatnya seseorang itu berada di atas, dan ada saatnya berada di bawah. Berarti yang miskin tidak selalu miskin kan, ayah? Setiap orang miskin bisa kaya dan sejahtera kan, ayah?" "Yap. Benar, Nak. Hayuk siap-siap berangkat," sang ayah   bersiap mengantar anaknya sekolah. Kemudian, si anak mendengar dan mendapat kabar bahwa salah satu temannya mengalami musibah. Si anak ini kembali menghadap ayahnya dan bertanya, "Ayah, kalau katanya roda itu berputar, mengapa mereka tetap berada di bawah? Apakah mereka tidak diberikan kesem...