Langsung ke konten utama

Jujur, Mayoritas Karya saya Lahir dari Sini...



Setiap orang memiliki ciri khas, style dan metode-metode yang berbeda-beda, sehingga metode tersebut membuat mereka nyaman dalam melakukan sesuatu.
Menjadi penulis, berarti tidak boleh jauh dari gadget (laptop/PC, ponsel, dan lainnya) atau mungkin kertas dan pena, sebagai logistik yang memproduksi berbagai karya. Mereka sadar bahwa(umumnya), laptop adalah aset berjalan yang harus menemani kapanpun ide segar berdatangan, bertamu dalam pikiran.
Saya justru tipikal yang tidak betah kalau mengetik di laptop/PC. Lebih nyaman menggerakan jemari di layar touchscreen ponsel. Karena memiliki mobilitas tinggi dalam kebersamaannya dengan si pengguna.
Selain itu, tipe seperti saya, menulis di ponsel lebih efektif dan efisien. Keberadaannya memiliki banyak keuntungan tersendiri, seperti :
1. Bisa menggunakan aplikasi menulis di ponsel
Ada banyak sekali aplikasi menulis yang bisa dimanfaatkan, salah satunya aplikasi ColorNote, dapat dengan mudah diunggah. Tampilan ColorNote tersebut seperti menulis dalam sebuah buku, ada garis-garisnya gitu, satu kenyamanan tersendiri bagi saya. Jujur, aplikasi ini menjadi bukti dan mengantarkan saya memenangkan dua kali juara lomba puisi tingkat nasional. Alhamdulillah, sangat membantu.
2. Gampang Editing
Menulis di ponsel, bisa mengoreksi langsung tulisan dengan membuka aplikasi KBBI yang sudah terinstall. Karena layar ponsel kecil, jadi tidak terlalu pusing ketika proses revisi naskah.
3. Bisa langsung posting di blog dan medsos
Karena saya memiliki aplikasi blog di ponsel, jadi lebih mudah posting setelah copy-paste dari tulisan yang saya buat di aplikasi ColorNote. Selain itu, bisa langsung posting atau forward di berbagai media sosial.
4. Bisa menulis pada berbagai kondisi.
Menggunakan ponsel, memudahkan menulis dengan kondisi apapun, apalagi sambil tidur-tiduran. Biasanya, saya meluangkan waktu untuk menulis(setidaknya setengah sampai satu jam) sebelum hendak tidur. 
Kalau tidak selesai, disimpan, endapkan terlebih dahulu. Jika suatu saat ada mood lagi, baru dituntaskan. Makanya, banyak sekali karya mentah bertebarah di ponsel. Menunggu mood semisal menunggu sinyal wifi, itu bagi saya. Hehe.
Jujur lagi, sekitar 85% karya saya di blog ini, lahir dari dan di create dalam ponsel.
Sebabnya? Yaa... karena lebih mudah dalam menuangkan karya. Saya bisa menulis sambil tidur-tiduran, di dalam angkot, kereta, sambil ngumpul bareng teman-teman dan banyak lagi.
Saya tipe orang yang kalau duduk terpaku di depan layar laptop/PC dengan putihnya layar MS. Word, jadi bengong sendiri. Terhipnotis putih layar tersebut, bingung dengan apa yang mau dituliskan. Sampai banyak waktu terbuang dan tidak ada yang ditulis. Jujur sekali, saya tidak terlalu cocok dan tidak nyaman menulis di laptop/PC. Mungkin ketika sudah selesai menuangkan pikiran dalam ColorNote, setelah itu proses revisi naskah melalui Laptop/PC, umumnya untuk keperluan lomba.
Tapi… ini bagi saya lho ya.
Lagipula, memang sering saya praktekkan. Inilah style dan kenyamanan saya dalam menulis, melalui ponsel. Setip orang berbeda-beda dalam melahirkan karya.
Carilah cara yang paling nyaman untuk menuangkan ide dan gagasan, menurut style dan metode kalian masing-masing. 
Salam Literasi!
Tangerang Selatan, Maret 2019
N. A. Fadhli


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Satu Per Tak Hingga dan Perenungannya

Semenjak menjadi siswa, selama belajar di SMA, saya hanya menyimak dan menelan setiap rumus beserta hasilnya. Pentingnya, jika bagian ini-itu hafal, beres sudah. Jarang sekali kepo, apalagi penasaran darimana dan bagaimana mengetahui prosesnya. Salah satu contoh yaitu dalam menghapal definisi sederhana, 1/~ , 1/0, 0/0, dan teman-temannya, plus perenungan memahami mereka. Namun, kali ini mencoba agar sama-sama dibahas 1/~ (satu per tak hingga) yang hasilnya adalah nol. Karena, mungkin banyak yang sudah tahu bahwa 1/0 nilainya bisa menjadi dua jenis, bisa menjadi ‘tak terdefinisi’ atau ‘tak hingga’. Contoh : 1/10 = 0,1 1/1000= 0,001 1/100000 = 0,00001 1/10000000 = 0,0000001 dst. Tapi, 1/~ = 0 Kenapa? Dari contoh sudah didapatkan pola, bahwa jika satu dibagi sepuluh, hasilnya 0,1. Dan, satu dibagi sepuluh juta, hasilnya 0,0000001. Semakin dibagi dengan bilangan besar, hasil semakin mendekati nol. Tak hingga merupakan sesuatu yang tak berbatas. Sehingga, satu d

Ore Wa Akiramenai = Saya Tidak Akan Menyerah !

Donna ni tsurakutemo, akiramenaide kudasai! Akhirnya pikiran kembali segar, semangat menulis untuk posting di blog timbul lagi(padahal hari ini tidak semangat, tetapi terkena sentil oleh satu-dua kalimat bahasa Jepang). Sebabnya karena iseng-iseng mencari kata motivasi versi bahasa Jepang, justru menemukan pepatah keren, sekaligus pas dengan kondisi dan tontonan saya pekan ini. Yasudah, dijadikan sebagai pembuka tulisan deh. Bagi pecinta anime, pasti beberapa sudah tidak asing dengan istilah tersebut, pepatah yang menjadi jargon bagi mayoritas tokoh utama series anime. Hehe. Donna ni tsurakumeto, akiramenaide kudasai,  yang artinya  “Sesulit apapun, jangan menyerah!” Lalu disambung dengan judul postingan, Ore wa akiramenai , artinya  “Saya tidak akan menyerah!” Pepatah ini mungkin sudah tidak asing dan sangat sering berkeliaran ditelinga kita, apalagi ditelinga saya. Hehe. Sehingga, kesan dan energi kuat yang dibawa pepatah itu hanya angin saja. Cepat nan mudah terhem

Paragraf Pertama : Awal yang Menentukan Sebuah Tulisan

Terkadang, membuat sebuah tulisan yang baik adalah hal mudah. Tentunya, bagi mereka yang telah lama berkecimpung dan memiliki jam terbang tinggi di dunia kepenulisan.  Juga, bagi orang-orang yang hobi membaca apa saja. Hal ini, sedikit-banyak memudahkan mereka dalam menciptakan sebuah tulisan. Namun, bagi penulis pemula seperti saya, menulis adalah suatu hal yang --bisa dikatakan-- sulit untuk dikerjakan. Terang saja, untuk membuat tulisan yang memuat beberapa paragraf, tentunya dimulai dari paragraf pertama. Sebuah paragraf yang menentukan awal ketertarikan dan membawa nasib keseluruhan tulisan, agar dilirik dan dinikmati pembaca. Memang terlalu naif, peran paragraf pertama tidak selalu seperti itu, tapi ini merupakan suatu fakta di lapangan. Ramai orang akan memutuskan melanjutkan bacaan atau tidak, tergantung paragraf pertama tulisan tersebut. Pada cerpen dan novel, paragraf pertama dapat menjadi umpan terbaik agar pembaca betah berlama-lama melanjutkan cerita dan menyel

Matematika Inspirasi : Kasih Sayang Ibu Tak Hingga

Pernah dengar istilah “ Kasih ibu sepanjang masa”  ?  Sebuah istilah yang sangat fenomenal, dikenal seantero dunia, sekaligus menandakan bahwa kasih sayang seorang ibu memang tiada batasnya. Bahkan, kasih sayang ibu tidak dibatasi jumlah anak, atau urutan kelahiran si anak. Istilah inipun sepertinya telah dibuktikan keabsahannya melalui notasi matematika, yaitu  Tak Hingga . Makna dari  Tak Hingga  berarti tak terbatas, tak terukur, negasi dari hingga dan tak terhitung. Semoga pemikiran ini dapat diterima logika serta penalarannya. Contoh kecil dari isitlah tersebut akan dibahas dalam simulasi matematika yang singkat dan sederhana, semoga tidak membingungkan ya... Simulasi  : ambil sebuah contoh yang paling sering dialami dalam sebuah keluarga(khususnya interaksi anak dan ibunya). Akan dibuktikan  : Bahwa kasih sayang seorang ibu tak hingga kepada semua anak-anaknya, tidak dibatasi jumlah anak dan urutan kelahiran si anak. Kasus Pertama  : Sang ibu mengataka