Mengawali postingan kali ini,
saya teringat pada QS. Al-Zalzalah ayat 7, sesiapa yang melalukan
kebaikan sekecil apapun niscaya akan melihat balasan baginya. Kurang lebih
seperti itu arti terjemahan ayat tersebut. Ditambah, ingat salah satu video
singkat dari seminar motivator prestasi “Anthony Robbins” tentang kunci
kehidupan.
Beliau pernah dalam keadaan
serba kekurangan. Saat itu hanya memiliki uang $25-$26. Terlebih, beliau pernah meminjamkan uang kepada temannya sebanyak $1200. Namun ketika sedang dibutuhkan, temannya belum memiliki uang untuk
mengembalikan.
Akhirnya beliau kecewa,
marah, juga panik.
Anthony datang ke sebuah
tempat makan. Di sana, beliau melihat seorang anak laki-laki usia sekitar 7-8
tahun, membukakan pintu untuk ibunya, lalu menarik kursi tempat makan sang ibu.
Anthony Robbins terkesan
dengan sikap anak itu, padahal sang ibu memiliki wajah cantik. Tapi, Anthony
lebih terpikat dengan si bocah, sebab perilakunya elegan di usia yang masih
sangat muda.
Anthony berkenalan dengan si
bocah, lalu memberi uang sekitar $7-$9 untuk bayar makan bocah dan ibunya.
“Aku terkesan dengan sikapmu
memperlakukan teman kencanmu dengan sangat baik. Itu keren sekali,” ucap
Anthony.
“Sebenarnya.. dia adalah ibu
saya,” jawab si bocah. Peserta seminar tertawa.
“Justru itu, kamu sangat
sangat keren,” balas Anthony memuji si bocah, sepasang matanya terlihat sembap.
Kemudian Anthony mengambil
sisa uang yang ada dikantongnya, sekitar $17-$19 diberikan secara cuma-cuma
kepada si bocah.
“Saya tidak bisa menerima
ini,” kata si bocah.
“Ya kamu harus,” balas
Anthony.
“Mengapa harus?” tanya si
bocah.
“Karena saya lebih tua dan
lebih besar dari kamu,” jawab Anthony sambil tersenyum lebar.
Dalam perjalanan pulang, ia
tidak hanya berjalan saja. Tapi berjalan sangat cepat. Sangat percaya diri.
Seharusnya ia takut. Hanya saja, ada semangat lain yang menghidupkannya.
Sampailah di rumah, ia
melihat ada sebuah surat. Di dalam surat itu terdapat cek senilai $1200 + $100
dan pesan dari teman yang pernah meminjam, “Maaf, baru saya kembalikan utang
ini. Saya lebihkan $100 karena keterlambatan. Terima kasih telah membantu saya
waktu itu.”
Kisah ini menjadi titik balik
perubahan hidup Anthony. Saat itu juga, ia yakin bahwa kunci sukses
kehidupan adalah memberi.
Kejadian-kejadian yang kebetulan pun
pernah saya alami. Kemarin malam, saya hendak menginap ke kostan teman. Karena
lumayan jauh, akhirnya naik angkot. Tidak lama, datanglah seorang pengamen.
Saya tidak memikirkan apapun,
kecuali memberikan recehan dari saku jaket sebelah kanan. Saya tidak tahu
jumlahnya berapa, karena memang recehan tersebut adalah uang kembalian dari
berbelanja.
Saya hanya kepikiran “udah
kasih aja”. Sesederhana itu. Dua jam setelahnya,
alhamdulillah mendapat kabar bagus dari lomba yang sempat saya ikuti. Kabar itu datangnya dari notifikasi grup penyelenggara lomba puisi di media sosial Facebook. Dan dari kabar baik itu, ada sejumlah uang royalti sebagai apresiasi yang diberikan kepada para juara.
Selama di kostan teman, saya
pikir-pikir kembali hal yang membuat sebuah keajaiban tadi bisa-bisanya datang.
Saya kira hanyalah sebuah kebetulan.
Padahal, saya seringkali
tanpa sadar melakukan dosa, namun tetap saja kebaikan-Nya selalu mutlak.
Teringat sebuah pesan pada
salah satu grup keren di WhatsApp,
“Ngga ada keajaiban yang
kebetulan...
Keajaiban hadir dari proses panjang yang mungkin tidak kita sadari. Bahkan, jika keajaiban itu baru hadir sekarang atau mungkin nanti di masa depan, sebab akumulasi dari kebaikan-kebaikan antum di masa lalu.”
Keajaiban hadir dari proses panjang yang mungkin tidak kita sadari. Bahkan, jika keajaiban itu baru hadir sekarang atau mungkin nanti di masa depan, sebab akumulasi dari kebaikan-kebaikan antum di masa lalu.”
Satu pesan terbaik kembali
mengingatkan saya. Bahwa, berbuat baik saja dan jangan lupa memberi kepada
sesama.
Bogor, September 2017
N. A. Fadhli
Komentar
Posting Komentar