Ramai orang beranggapan bahwa menulis itu sulit. Saya salah satu yang setuju dengan pernyataan tersebut.
Susah dan lelahnya mengikuti tahapan menuangkan ide, mengonstruksi sebuah cerita atau opini, merevisi draf pertama tulisanmu, sampai akhirnya menjadi seutuh tulisan. Padahal, pekerjaan yang satu ini terbilang mudah.
Menulis memang mudah. Apalagi jaman sekarang, ramai kehadiran media sosial di tengah masyarakat dunia. Menulis bukan lagi menjadi
sesuatu yang sulit, bahkan sangat ringan dan spontan.
Baiknya kita berfokus pada "menulis itu mudah", jangan terlalu jauh sampai tahap "ah, nanti tulisannya jelek karena sekadar menulis saja, tidak bagus". Nah, ayo sepakat untuk menyingkirkan duri-duri pikiran seperti itu. Ada bagian tersendiri untuk tahap selanjutnya. Bukankah memulai sesuatu merupakan salah satu hal tersulit?
Kamu sedang bingung dalam membuat tulisan?
Mulai saja. Tulis saja.
Sesederhana menuangkan pikiran, perasaan, dan gejolak batin yang
dialami detik itu juga, lalu diketik.. bim salabim,
langsung menjadi status dalam timeline yang siap dibaca ribuan orang. Bahkan,
tanpa menggubris sapaan sopan “Apa yang anda pikirkan?”, si pemilik akun
langsung saja nulis. Yaudah lah. Begitu
ucapnya, enteng.
Tapi, dengan anggapan
“enteng” tersebut, lahirlah sebuah status sebagai jelmaan tulisan. Benar,
bukan?
Memang, sesederhana itu saja. Sebuah anggapan enteng.
Dan saya pun mulai terhipnotis oleh persepsi barusan.
Dan saya pun mulai terhipnotis oleh persepsi barusan.
Sungguh, jika semua penulis terlalu banyak pikiran dan bingung ingin
menuliskan apa, akhirnya volume otaknya akan penuh dengan kebimbangan dan penat, malahan pemikiran itu membuatnya tidak menulis. Karena semangat dan mood nya sudah lebih dahulu lelah tergerus oleh banyak pikiran. Sangat disayangkan rasanya jika terlalu banyak ingin, akan tetapi nol aksi, nol eksekusi. Ujung-ujungnya tidak ada satupun tulisan yang selesai.
Maka, si penganggap enteng ini,
sudah lebih dahulu menerbitkan puluhan buku dan novel. Haha.
Bisa saja, kan?
Sudah lah, ini hanya gurauan karena bingung ingin menuliskan
apa. Salam, dari murid si penganggap enteng. Mulai saja. Tulis saja.
Salam Pena!
Salam Pena!
Bogor, 20 Oktober 2016
N. A. Fadhli
Komentar
Posting Komentar